Minggu, 22 Januari 2012

Idealisme Mahasiswa

Mahasiswa: Idealisme yang Mulai Pudar
 

 “Hidup mahasiswa Indonesia! Hidup rakyat Indonesia!” Demikianlah, secuil motto cendikiawan muda, aktifis akademika sesaat setelah aksi turun ke jalan. Aksi ke jalan merupakan langkah konkrit terakhir apabila harapan mereka belum menemukan kesepakatan. Agenda ini selalu ada dan menjadi cerminan pergerakan mahasiswa bagi sebagian besar rakyat Indonesia. Selain aksi, masih banyak lagi kegiatan pengembangan mahasiswa lain, seperti kajian, diskusi, seminar, bakti sosial, penyuluhan masyarakat, juga penelitian keilmuan. Namun, kegiatan ini terkadang masih ter-anaktirikan sehingga belum begitu banyak yang paham terhadap arah pergerakan mahasiswa yang sesungguhnya.

Semangat pemuda yang telah tertanam sejak awal mereka menyandang status ‘mahasiswa’ ini merupakan amanah dari sekian banyak rakyat Indonesia atas segala paradoks yang terjadi di berbagai bidang kehidupan di negeri ini, seperti kemiskinan, pengangguran, korupsi, kolusi, nipotisme, biaya pendidikan mahal, kenaikan harga sembako, dan masih banyak lagi. Berbekal amanah mahasiswa sebagai agent of change, social control, dan iron stock, semangat kobar berapi-api telah mampu menggerakan pribadi-pribadi mahasiswa untuk turut serta terjun dalam perpolitikan mahasiswa. Semangat ini diharapkan mampu mengisi kekosongan pergerakan kampus sebagai bekal memasuki rimba politik yang sebenarnya.Selain itu, romantisme pergerakan mahasiswa terdahulu juga turut andil atas berkobarnya semangat mahasiswa saat ini. Berbagai keberhasilan akbar angkatan terdahulu merupakan modal awal mereka untuk masuk dalam barisan pergerakan ini, seperti sumpah pemuda, proklamasi, dan reformasi sehingga mereka juga ingin mengisi keberlanjutan pergerakan ini untuk menorehkan emas dalam sejarah pergerakan bangsa Indonesia.  

 Paradoks negeri ini telah memicu munculnya pergerakan-pergerakan mahasiswa Indonesia. Indonesia merupakan negara yang kaya raya atas segala sumber daya alamnya, baik di darat maupun laut, iklim tropis yang didukung oleh kesuburan tanah, berbagai kekayaan mineral, minyak, pertambangan, dan flora dan fauna ada di sini, Negara yang dahulu dikenal sebagai negara zamrud khatulistiwa. Selain itu, kakayaan sumber daya manusia baik kualitas dan kuantitas juga patut kita syukuri. Dengan apa yang dimiliki Indonesia tersebut, rasanya mustahil bila Indonesia harus menjadi negara berkembang. Namun, realita memang demikian, Indonesia masih menjadi negara berkembang bahkan telah tertinggal oleh Malaysia apalagi Singapura. Kemiskinan, pengangguran, kriminalitas, dan kematian usia muda masih banyak terjadi di negeri ini. Jumlah penduduk usia produktif yang tidak diimbangi dengan jumlah lapangan pekerjaan, biaya pendidikan, kesehatan, dan biaya hidup keseharian yang masih sangat mahal tampaknya merupakan bukti betapa tidak mampunya negeri ini untuk hidup sejahtera. Selain itu, ada juga fenomena sosial yang tak kalah aneh terpelihara di negeri ini. Jurang kesenjangan ekonomi dan social antara si miskin dan si kaya kian lama kian terjal. Di saat mahasiswa dengan gencar menyerukan semangat anti-korupsi, menuntut kinerja pagawai negeri bergaji tinggi, sebagian besar oknum-oknum pemegang kekuasaan masih saja berkhianat pada negeri ini. Korupsi, kolusi, nipotisme, dan penyalahgunaan wewenang yang masih terjadi di mana-mana. Inilah bukti bahwa paradoks negeri masih terpelihara sampai kini.

Kini estafet pergerakan kemahasiswaan sedang menapaki jalan setapak yang remang-remang tertutup kabut senja. Pergerakan mahasiswa kian lama semakin memudar. Dulu aksi pergerakan mahasiswa mampu mendatangkan ribuan bahkan belasan ribu simpatisan namun kini hanya segelintir orang saja yang mampu bertahan, mempersamai realita yang ada, itupun sebagian karena mereka merupakan pengurus aktif organisasi kemahasiswaan. Tak hanya itu, berbagai hajad pergerakan mahasiswa lain seperti kajian, diskusi, bakti sosial, dan seminar jauh dari target keberhasilan. Bahkan seakan-akan kepengurusan organisasi terkurung tak berdaya oleh yang namanya program kerja tahunan yang mereka sepakati sendiri. Kuantitas pergerakan mahasiswa yang memprihatinkan juga harus dihadapkan dengan minimnya kualitas SDM sebagian pengemban pergerakan mahasiswa. Inilah realita yang tidak bisa kita pungkiri bahwa semangat pergerakan mahasiswa semakin memudar.

Tumbuh suburnya budaya santai dan instan tampaknya merupakan biang penyebab kemunduran pergerakan mahasiswa Indonesia. Dewasa ini, mahasiswa telah teralihkan oleh hantaman globalisasi, modernisasi, serta pergeseran pola hidup. Berbagai fasilitas hidup mahasiswa telah menidurkan mereka. Pemikiran jangkan panjang bahwa negeri ini masih berkembang telah terlupakan. Saat ini, sebagaian besar mahasiswa lebih memilih mengisi waktu luang dengan jalan-jalan, malas-malasan, main game, internetan, daripada bergabung dalam barisan pergerakan kepemudaan bahkan belajar sekalipun. Tampaknya mahasiswa telah benar-benar terjebak santai dan instan. Hidup santai tanpa beban, hidup instan dalam segala urusan inilah yang menjadi tempat tempat singgah mahasiswa Indonesia saat ini, seakan-akan apa yang diimpikan telah terhidang secara melimpah.

Berbagai upaya nyata penanggulangan tak pernah lalai untuk me-rekontruksi kembali pergerakan-pergerakan mahasiswa, khususnya para pengurus aktif organisasi kemahasiswaan. Agenda jalan-jalan bersama, up grading, latihan kepemimpinan, seminar motivasi, sampai temu-kumpul informal selalu menjadi agenda rutin 2-3 bulanan. Selain itu, upaya penanggulangan internal juga telah menjadi pamungkas, seperti forum diskusi yang lebih interaktif, tema yang lebih ringan, kegiatan yang lebih inovatif dan masih banyak lagi.

Manusia hanya bisa bermimpi dan berupaya, namun hasil tetap Tuhan-lah yang menentukan. Masa depan pergerakan mahasiswa yang gemilang, yang mampu menjadi poros semangat kepemudaan demi kemajuan bangsa dan negara akan tetap selalu menjadi impian. Idealisme sebagai mahasiswa hanya akan menjadi sebuah angan-angan dan kegelisahan jika tidak disertai keinginan untuk mencari celah perwujudan tatkala melihat realita yang ada. Semoga semangat idealisme mahaiswa Indonesia mampu berperan untuk  dalam percaturan politik kemahasiswaan. 

Siapakah mahasiwa itu?

Mahasiswa : Benarkah Mahasiswa Sebagai Generasi Penuh Inspirasi?
Oleh : Gunawan Wotanngare
 


Mahasiswa kebanyakan hanya diam saya, mereka sibuk dengan diri sendiri, apatis, tidak peduli dengan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya dan sombong hanya dengan titel mahasiswa yang menghiasi hatinya, muncul kebanggaan diri. Bahkan mereka mengira waktu muda digunakan hanya untuk pepentingan pribadi dengan bersenang-senang bersama teman karibnya ataupun lawan jenisnya. Apalagi mereka tumbuh di lingkungan sekuler yang memilah-milah agama dan kehidupan yang berpengaruh pada perilaku keseharian mereka.

Kuatnya arus globalisasi dan informasi telah meracuni pola piker dan pola sikap mereka. Mahasiswa lebih bersikap hedonis. Hal ini disebabkan pengaruh budaya barat yang telah meracuni mahasiswa. Mereka dengan mudah meniru budaya asing tanpa manyadari risikonya dan mengahabiskan masa mudanya untuk hal-hal yang kurang bermanfaat. Juga terjebak pada system kapitalis dalam bidang ekonomi yng cenderung konsumif. Ada pengaruh dari sistem pendidikan yang membentuk mentaliti mahasiswa. Mulai dari sekolah dasar diajarkan ilmu yang bersifat dogma dan ketika di sekolah menengah pun diajari untuk mempelajari ilmunya dengan orientasi kerja, akibatnya tidak ada kebebasan berfikir serta mempelajari ilmu serasa dibelenggu oleh orientasi tersebut. dari sinilah terbentuk mentaliti mahasiswa yang saat ini dirasakan hedonis dan prakmatis.

Mahasiswa adalah intelektual terdidik dengan segala potensi yang ada pada dirinya. Kampus merupakan sarana yang paling efektif untuk melahirkan kaum intelektual sejati. Seorang mahasiswa intelektual  seharusnya tidak hanya memiliki kecerdasan intelektual saja, tetapi juga kecerdasan spiritual. Mahasiswa yang memiliki kepribadian Islam yaitu pola pikir dan pola sikap Islami. Keterpaduan nilai-nilai Islami dengan intelektualitas sangat diperlukan demi berjalannya peran mahasiswa dalam dunia kampusnya.

Mahasiswa sebagai iron stock (penerus masa depan), yaitu mahasiswa diharapkan menjadi manusia tangguh yang memiliki kemampuan dan kepribadian Islam. Bangsa ini membutuhkan regenerasi yang akan mengganti g enerasi terdahulu dengan generasi baru yang memiliki semangat baru. Mahasiswa merupakan harapan bangsa, harapan masyarakat, harapan keluarga, dan harapan dunia. Mahasiswa sebagai calon pemimpin masa depan mahasiswa harus siap dengan sgala tuntutan yang harus dimilikiuntuk mengemban amanah sebagai calon pemimpin masa depan. Generasi yang berjiwa pemimpin tampak dari tanggung jawabnya terhadap segala aktivitas kehidupannya, baik pemimpin bagi dirinya, keluarga, masyarakat, bahkan umat di seluruh dunia. Seorang pemimpin yang memiliki aqidah yang kuat melaksanakan syariat Islam. Pemimpin yang memiliki kharakter menjadikan syariah sebagai dasar pengambilan keputusan dalam pengaturan masyarakat dan dirinya, menolak penjajahan dalam segala bentuknya, menolak segala pemikiran atau ideologi penjajah. Pemimpin harapan bangsa ini hany akan terwujud dalam sebuah negara Islam yang akan menerapkan system Islam.

Mahasiswa sebagai agent of change (agen perubahan). Dimana mahasiswa sebagai agen dari suatu perubahan yang diharapkan dalam rangka kemajuan bangsa. Mahasiswa merupakan bagian dari kehidupan sosial sehingga mahasiswa harus ikut merasakan dan bersikap tanggap terhadap berbagai permasalahan yang sangat kompleks yang terjadi di masyarakat. Apa yang dilakukan mahasiswa saat ini akan menjadi cerminan bangsa yang akan datang. Jika mahasiswa rajin, terus belajar, taiada henti membela keadilan dan kebenaran maka bangsa ini akan menjadi bangsa yang bermartabat. gener asi yang berkepribadian Islam akan terus menerus melakukan perubahan di masyarakatmenuju kehidupan yang Islami dan akan berusaha semaksimal mungkin menjadi teladan dan motor perjuangan Islam yang nyata di tengah masyarakat.

Mahasiswa sebagai agent ofproblem solver. Dimana mahasiswa harus menjadi generasi yang memberikan solusi dari setiap persoalan yang terjadi di dalam lingkungan dan bangsanya sendiri. Di bidang pendidikan, kondisi dunia pendidikan di negeri ini boleh dikatakan semakin menburuk. Hal ini ditandai oleh siswa banyaknya siswa yang tidak lulus Ujian Nasional dan semakin mahalnya biaya pendidikan. Di bidang hukum dan peradilan, semakin merajarelanya mafia hukum dan peradilan. Di bidang politik dan pemerintahan, kasus-kasus korupsi semakin banyak dan beragam modus. Di bidang ekonomi, rakyat banyak yang hidupnya tak layak, busung lapar terjadi di beberapa tempat. Negeri yang kaya-raya dengan sumber daya ala mini pun masih menyisakan sekitar 100 juta penduduk miskin menurut katagori Bank Dunia. Parahnya lagi rakyat harus menanggung beban hutang luar negeri yang tahun 2010 ini mendekati Rp. 2000 triliun. Di bidang kesehatan sejumlah kasus gizi buruk terjadi di berbagai daerah, yang tentunya berkaitan dengan masalah kemiskinan. Biaya kesehatan makin tidak terjangkau. Hanya dengan menerapkan system Islam semua masalah itu dapat terselesaikan dengan tuntas.

Mahasiswa sebagai social control (penyampaian kebenaran). Fungsi ini dilakukan terhadap penyimpangan yang dilakukan oleh penguasa Negara. Ketika ada aturan ataupun sikap pemimpin yang menzolimi rakyat maka mahasiswa harus mengoreksinya agar kejadian itu tidak terulang lagi. Penguasa harus berusaha memenuhi keinginan rakyatnya yang menjadi hak meraka.

Pemuda/mahasiswa merupakan asset yang berharga bagi umat ini. Mahasiswa memiliki potensi yang lebih dalam hal fisik, intelektual maupun intelejensinya. Potensi itulah yang seharusnya dicurahkan semaksimal dan seoptimal mungkin untuk membangkitkan dirinya dan umat Islam ini dari keterpurukan. Sudah seharusnya seorang pemuda/mahasiswa berperan aktif untuk mengubah realita tersebut baik yang menimpa umat Islam pada khususnya dan umat manusia pada umumnya. Itulah pemuda/mahasiswa harapan umat yang mampu mengeksplorasi dan mengeksploitasi potensinya serta berjuang bersama umat menuju kebangkitan yang hakiki.

Seorang pemuda harus sadar bahwa masa depan bangsa dan kepemimpinan negara berada di tangannya. Dalam kehidupan bernegara harapan kepada pemuda sangatlah besar karena mereka sebagai generasi penerus yakni meneruskan nilai-nilai kebaikan. Mereka sebagai generasi pengganti yang akan menggantikan orang-orang yang memang sudah tidak baik dengan kharakter mencintai dan dicintai Allah, lemah lembut kepada kaum mukmin tetapi tegas terhadap kaum kafir. Mereka sebagai generasi pembaharu yang akan memperbaiki dan memperbaharui kerusakan yang ada pada suatu masyarakat.

Kondisi saat ini sangat jauh dari ideal. Tidak bisa dipungkiri bahwa masyarakat saat ini masih cukup jauh dari Islam seperti terlihat dimasyarakat korupsi yang membudaya atau adanya pergaulan bebas. Kalau hanya berdiam diri berarti membiarkan “kekalahan” ideologi yang diyakini kebenarannya dan membiarkan terjadinya perubahan ke arah yang tidak dikehendaki. Melakukan perubahan adalah perintah Allah SWT di dalam ajaran Islam.

Bila kejayaan Islam masa  lalu muncul karena dakwah Islam yang banyak ditopang oleh para pemuda Islam yang memiliki sikap perjuangan yang gigih, menggunakan waktunya demi perjuangan Islam, maka demikian juga dengan masa depan Islam. Umat Islam di masa lalu terutama para pemudanya unggul karena mereka memeluk Islam secara kaffah, lurus aqidahnya dan taat pada syariat. Untuk membangkitkan umat diperlukan pemuda-pemuda yang mau bergerak secara ikhlas dan sungguh-sungguh untuk meraih kembali kejayaan Islam. Pemuda yang dibutuhkan adalah para pemuda Islam sekelas para sahabat yang memiliki tauhid yang lurus, keberanian menegakan kebenaran serta memiliki ketaatan pada Islam. Dengan dorongan peran pemuda inilah maka perjuangan menegakkan kembali aturan Allah di muka bumi ini akan berlangsung hingga Islam kembali. Wallahu a’lam bi ash-shawab.  

Hari ke-4: Sidang Umum Keluarga Mahasiswa Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada

Pesta Rakyat KM FKT UGM : Kedaulatan dari oleh dan untuk mahasiswa.
Oleh : Gunawan Wotanngare (G-Fors 2010)

Alhamdulillah, segala puji hanyalah untuk Allah atas segala nikmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga Sidang Umum Keluarga Mahasiswa Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada ini bisa berjalan dengan lancar, Hm… walaupun tetap dengan catatan ‘apa adanya’.

Hari ini adalah hari terakhir sidang digelar. Bukanlah masalah jumlah mahasiswa yang akan  kita bahas kali ini, melainkan kualitas jalannya sidang. Seperti kata Jabal Akbar Noor, Mas’ul KMIK 2012, “Kita itu kualiti not kuantiti”. Pasalnya sekitar 20 mahasiswa FKT UGM mewakili jalannya sidang untuk merumuskan landasan hukum untuk satu tahun kepengurusan ke depan lembaga-lembaga KM FKT UGM. Sidang berjalan cukup lancar dan saling bersatu padu, saling melengkapi kekurangan dengan gagasan mutu tinggi demi KM FKT yang semakin baik lagi. Bukan lagi masalah kepentingan yang terdesing di hari ini. Tapi lebih kepada kesepakatan-kesepakatan bersama agar dapat memberi manfaat kepada seluruh warga mahasiswa KM FKT.

Semua perwakilan lembaga kampus KM FKT terkumpulkan bersama, urun rembug bersama untuk membahas masalah bersama. Mereka saling mengutarakan aspirasi KM FKT yang diwakilkan melalui perwakilan tiap-tiap delegasi lembaga. Berbagai masukan, tanggapan, dan pengarahan saling diberikan kepada lembaga lain sebagai rasa KORSA (Komando Satu Rasa.red)  KM FKT UGM. Walaupun berjalan lancar kadang ada juga pihak yang merasa kurang puas atas hasil kesepakatan bersama tersebut, untunglah kesemua itu bisa diterima dengan lapang dada.

Sebuah perdebatan panjang kadangkala muncul ketika sidang dihadapkan pada hal-hal yang krusial, seperti keterlibatan KM FKT dalam mengawal isu-isu kehutanan, permasalahan General Forestry, alokasi dana kegiatan mahasiswa, persyaratan menjadi BSO, koordinasi KM FKT, dan masih banyak lagi. Menanggapi seberapa jauh keterlibatan KM FKT dalam mengawal isu-isu kehutanan berjalan cukup panjang, banyak kalangan yang mengatakan bahwa pengawalan isu-isu tersebut sangatlah tidak efektif karena kemampuan KM FKT UGM sangat terbatas untuk turut serta dalam menentukan ataupun menyoroti setiap kebijakan pemerintah di dunia kehutanan, namun kesepatan akhir menanggapai isu tersebut adalah tetap pada garis koridor awal, yakni KM FKT UGM harus berani mengambil peran, paling tidak pengawasan dan pengontrolan konsep yang ditawarkan pemerintah terkait kebijakan di bidang kehutanan, walaupun hasilnya tidak bisa memberikan perubahan yang berarti setidaknya KM FKT UGM telah berani memberikan sikapnya sebagai hasil kajian analisis dan riset mahasiswa.

 Sejak tahun 2010 ke-4 jurusan di Fakultas Kehutanan telah dileburkan menjadi satu jurusan, yakni Kehutanan Umum atau lebih dikenal sebagai General Forestry. Inilah tantangan untuk KM FKT ke depan, dampak terbesar dari kebijakan tersebut terutama sangat dirasakan oleh HMM, lembaga KM FKT yang didasarkan pada persamaan minat mahasiswa. Para delegasi HMM sangat kesulitan dalam pengkaderisasian anggota, agar keberadaan HMM tetap eksis dengan sumberdaya mahasiswa yang  mumpuni. Tak jarang dalam sidang tersebut banyak kalangan yang menentang kebijakan General Forestry, namun lagi-lagi mereka harus dihadapkan pada kebijakan fakultas yang tak terbantahkan. Secara terbuka mereka sangat kesulitan dalam pengkaderan, termasuk pengkaderan mahasiswa 2010. Sebetulnya jauh sebelum sidang ini, beberapa HMM sudah mempersiapkan pengkaderan anggotan yang akan direkrut sebagai generasi penerima estafet kepemimpinan HMM, namun mereka masih pesimis, pasalnya mereka (G-Fors 2010) belum tentu masuk minat yang dimaksud sehingga harus menunggu pengumuman hasil minat G-Fors 2010 yang akan diumumkan setelah nilai semester III keluar. Tak ayal jika HMM harus menyiapankan lebih banyak kader untuk menanggulangi krtidakpastian tersebut. Selain itu, beberapa HMM juga telah menegaskan bahwa mereka tidak akan melepaskan lembaga HMM begitu saja kepada G-Fors 2010, namun juga disertai pendampingan-pendampingan agar kinerja G-Fors 2010 tidak keluar dari visi-misi HMM tersebut. Selain itu, KM FKT UGM juga telah bersepakat bahwa proses kaderisasi akan dilaksanakan bersama-sama melalui 2 pengkaderisasian bertingkat, yakni PPSMB (Pelatihan Pembelajaran Sukses Mahasiswa Baru) dan LKMK (Latihan Kepemimpinan Mahasiswa Kehutanan)

Dana, setiap organisasi apapun pasti membutuhkan dana sebagai sumber penghidupan sebuah lembaga. Itulah masalah klasik yang juga dialami oleh KM FKT UGM. Dana kegiatan mahasiawa sebesar ±150 juta rupiah diharapkan terbagi secara merata ke semua lembaga KM FKT UGM. Pasalnya bercermin pada kepengurusan yang baru domisioner (Mas Ayik.red) banyak yang beranggapan bahwa pengalokasian dana kegiatan mahasiswa kemarin masih belum begitu adil, selain itu ada pula dana kegiatan mahasiswa yang digunakan pihak akademik tanpa sepengetahuan DPM, walaupun dana tersebut digunakan untuk kegiatan kemahasiswaan banyak yang menyayangkan hal tersebut, pasalnya hal ini jelas telah mencederai independensi kelembagaan KM FKT UGM. Tak hanya itu, dalam sebuah kesepakatan juga akan dilakukan pengurangan pembagian dana bagi HMM dan BSO yang melangkukan pelanggaran, yakni tidak mengikuti SU KM FKT. Berbagai pendapat, saran, dan masukan bertaburan menanggapi kesepakatan tersebut. beberapa kalangan menginginkan bahwa pengurangan anggaran seharusnya diatur lebih lanjut berdasarkan rapat koordinasi KM FKT UGM. Namun banyak pertentangan menanggapi pendapat tersebut. pasalnya rapat koordinasi jelas akan mencederai fungsi DPM sebagai pemegang hak pembagian dana, selain itu hal ini juga dapat dianggap sebagai pelanggaran terhadap AD/ART sehingga tidak ada perubahan keputusan, yakni tetap pengurangan dana sebesar 35% bagi BSO dan 30% bagi HMM.

  Tantangan KM FKT UGM lainnya adalah mengenai koordinasi antar lembaga. Sesuai AD/ART DPM dan LEM diharapkan mempu menjadi tokoh sentral alur koordinasi lembaga KM FKT UGM secara berdampingan tanpa adanya tumpang tindih diantara keduanya. Selain itu, juga sempat disinggung masalah persyaratan pengajuan BSO. Pasalnya ada beberapa calon yang berkeinginan untuk menjadi BSO dan sudah melaksanakan beberapa syarat, karena kurangnya koordinasi sebelumnya maka persyratan tersebut dirasa belum cukup.

Hmm… inilah gambaran kasar saya mengamati jalannya hari ke-4 Sidang Umum Keluarga Mahasiswa Fakultas Kehutanan. 20 mahasiswa delegasi yang saya rasa sangat idealis karena secara nyata mareka mampu mewarnai jalannya sidang dan semoga juga mampu memberikan warna-warninya disetiap gerak langkahnya untuk KM FKT UGM ke depan. Akhirnya sidang yang berlangsung panjang, alot, dan sengit tersebut berakhir dengan ‘Senyuman KM FKT UGM’ dan foto bersama sebagai tanda bukti bahwa KM FKT UGM tetap menjunjung tinggi KORSA RIMBAWAN. Akhirnya, saya ucapkan selamat kepada KM FKT UGM atas terbentuknya pengurus kelembagaan baru,
Rizqi Murti Fathani sebagai pimpinan DPM FKT UGM 2012
Yudha Arif Nugroho sebagai ketua LEM FKT UGM 2012
Jabal Akbar Noor sebagai ketua KMIK UGM 2012
Ahmad Karsidi sebagai ketua IFSA FKT UGM 2012
Serta para calon pemimpin lainnya, semoga jalanmu selalu diridhoinya.
Juga kepada para pemimpin yang telah domisioner, semoga keiklasanmu terbayarkan kelak.
Tak ka nada kesia-siaan dalam setiap keikhlasan kerana Allah ta’ala. Aamiin.

Sabtu, 21 Januari 2012

Keluarga Darul Istiqomah.



Tertempat di Jalan Dumung No. 62 Karanggayam CT.VIII Depok, Sleman, D.I.Yogyakarta sebuah keluarga sederhana mahasiswa UGM asal Bojonegoro terkumpulkan. KDI bukan hanya manjadi tempat tinggal sementara (kost) selama mereka kuliah, namun ini adalah keluarga. Ya, mungkin ini adalah pengalaman pertama  bagi mereka untuk membangun sebuah keluarga. Di KDI ini, bukanlah sebagai anak mereka tinggal tapi juga sebagai anggota keluarga, member of family. Bagaimana mareka harus mengatur segala hal, bukan untuk diri sendiri, tapi juga untuk saudara mereka sesame anggota KDI.
Bukanlah tanpa alasan KDI ini terbentuk, bermula dari kakak-kakak angkatan sebagai anggota awal KDI ini, kemudian perlahan dan pasti mulai dilakukan pengrekrutan anggota baru, sasaran utamanya pasti mahasiswa baru yang masih kebingungan mencari kost.  

Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada

A.   Sejarah  dan  Perkembangan
       
      Universitas  Gadjah  Mada  resmi didirkan  pada  tanggal  19  Desember 1949 dan merupakan universitas yang bersifat nasional. Selain itu, UGM juga berperan sebagai pengemban pancasila dan sebagai univeritas Pembina di Indonesia. Pada saat didirikan hanya memiliki 6 fakultas, satu diantaranya adalah fakultas petanian.

         Pada tahun ajaran 1951/52 dalam Rapat Senat Terbuka UGM yang dipimpin oleh presiden UGM, Prof. Dr. Sardjito, dibuka dan dideklarasikan seecara resmi Bagian Kehutanan pada fakultas pertanian UGM dan sejak saat nama Fakultas Pertanian berubah menjadi Fakultas Pertanian dan Kehutanan UGM. Bagian Kehutanan dibina oleh ahli-ahli kehutanan Belanda, pengasuh Akademi Kehutanan, diantaranya Prof. Ir. PKM, Steuf, Prof. Ir. C. Gartner, Prof. Ir. EHP. Juta, Prof. Ir. F. Versteegh, Prof. Ir. AH. Verkuyl dan Dipl. Ing. Hollerworger. Dosen-dosen tersebut juga mengajar di pendidikan tinggi kehutanan di Bogor sebagai cabang universitas Indonesia, yang kemudian menjadi IPB (Institut Pertanian Bogor).

     Dalam perkembangan selanjutnya, melalui Surat Keputusan Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan No. 99 tahun 1963 tertanggal 24 Agustus 1963 berlaku terhitung mulai tanggal 17 Agustus 1963 Fakultas Pertanian dan Kehutanan UGM terpisah menjadi tiga Fakultas, yakni Fakultas Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian dan Fakultas Kehutanan. Dengan demikian, Fakultas Kehutanan UGM secara resmi dinyatakan berdiri pada tanggal 17 Agustus 1963. Dekan pertama Fakultas Kehutanan UGM adalah Prof. If. Soedarwono Hardjosoediro.
        
          Fakultas Kehutanan UGM pada awalnya memiliki tiga bagian, yakni bagian ekonomi perusahaan hutan, bagian Silvikultur dan Bagian Teknologi Kekutanan. Pada tahun 1980 mulai dikembangkan satu bagian baru, yakni Bagian Konservasi Sumberdaya Hutan. Dua dari tiga bagian yang sudah ada mengalami perubahan nama, yakni Bagian Ekonomi Perusahaan Hutan menjadi Bagian Manajemen Hutan, Bagian Silvikultur menjadi Bagian Pembinaan Hutan dan terakhir berubah menjadi Bagian Budidaya Hutan. Jenis dan bagian fakultas dilingkungan Universitas Gadjah Mada ditetapkan melalui SK Mendikbud RI No. 0553 /O/1983 tertanggal 8 Desember 1983. Dengan demikian 4 Bagian yang ada di Fakultas Kehutanan UGM adalah Bagian Manajemen Hutan, Bagian Budidaya Hutan, Bagian Teknologi Hutan, dan Bagian Konservasi Sumberdaya Hutan.

      Surat Keputusan RektorNo. 89/P/SK/HT/2010 tanggal 1 Februari 2010 mensyahkan perubahan keempat program studi di Fakultas Kehutanan menjadi satu dengan nama Program Studi Kehutanan. Dengan demikian saat ini Fakultas Kehutanan menyelenggarakan pendidikan Strata 1 pada Program studi Kehutanan. Kegiatan akademik di Fakultas Kehutanan UGM dituangkan dalam bentuk tri dharma perguruan tinggi yang terdiri atas pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengamdian kepada masyarakat.


B.   Kelembagaan  Fakultas

        Sejak menjadi Fakultas Kehutanan sendiri, Fakultas Kehutanan UGM dilengkapi dengan bagian sebagai unsur pelaksana akademik dan laboratorium sebagai sarana penunjang pelaksanaan program-program akademik. Organisasi fakultas diatur dalam Anggaran Rumah Tangga UGM berdasarkan Keputusan Majelis Wali Amanat UGM Nomor 12/SK/MWA/2003,. Organisasi terbuka fakultas terdiri atas: Senat fakultas, Pimpinan Fakultas, dan Unit Pelaksana Administrasi Fakultas, dan unit lain yang dianggap perlu.


1.      Senat  Fakultas

        Anggota Senat Fakultas terdiri dari lima unsure, yaitu : a. Guru Besar, Guru Besar Emiritus, dan Guru Besar Luar Biasa, b. Dekan, c. Wakil Dekan, d. Ketua Bagian, dan e. Wakil Bagian yang dipilih dan jumlahnya disesuaikan dengan jumlah dosen pada bagian yang bersangkutan. Penetapan Ketua, Sekretaris, dan Anggota Senat Fakultas dilaksanakan dengan Keputusan Rektor. Untuk kelancaran pelaksanaan tugas  pokok dan tugas konsumsi maka Senat Fakultas Kehutanan UGM membentuk empat komisi, yakni Komisi Akademik, Komisi Kelembagaan dan Sumberdaya Manusia, bagian Penelitian, Kerjasama dan Pengabdian Masyarakat, serta Komisi Pengembangan Hubungan alumni dan Kemahasiswaan.
   
2.      Pimpinan  Fakultas

        Fakultas Kehutanan UGM dipimpin oleh seorang Dekan, yang dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh tiga wakil dekan, yaitu: Wakil Dekan Bagian Akademik dan Penjaminan Mutu; Wakil Dekan Bidang Administrasi, Keuangan dan Sumberdaya Manusia dan Wakil Dekan Bidan Penelitian, Pengembangan Usaha, Kemahasiswaan, dan Alumni. Dekan dan Wakil Dekan diangkat dan diberhentikan oleh Rektor berdasarkan usul Senat Fakultas.

3.      Bagian   dan Program  Studi

         Fakultas Kehutanan memiliki empat bagian, yakni bagian Manajemen Hutan, Silvikultur, Teknologi Hasil Hutan, dan Konservasi Sumberdaya Hutan. Organisasi Bagian terdiri atas: Ketua Bagian, Sekretaris Bagian, para Dosen/Staf Pendidik, Staf Administrasi/Staf Kependidikan, dan Laboran. Ketua dan Sekretaris Bagian diangkat dan diberhentikan oleh Rektor atas usul dekan berdasarkan pertimbangan Senat Fakultas. Ketua dan Sekretaris bagian bartanggung jawab kepada Dekan.

      Berdasarkan SK Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, SK Dirjen DIKTI No.163/Dikti/Kep/2007 tentang pengaturan program studi dan Surat Keputusan Rektor No.89/P/SK/HT/2010 tanggal 1 Februari 2010 mensyahkan perubahan keempat program studi di Fakultas Kehutanan menjadi satu dengan nama Program Studi Kehutanan diampu dan dikelola oleh fakultas dengan dukungan dari keempat bagian. Spesialisasi keempat bagian adalah sebagai berikut:

a. Bagian Manajemen Hutan menyajikan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi bidang manajemen hutan serta menyiapkan sumberdaya manusia yang berintegritas, bermoral dan memiliki kemampuan akademik secara professional dalam pengelolaan ekosistem hutan yang estari bagi kesejahteraan rakyat

b.Bagian Silvikultur menyajikan dan menyembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi pembangunan dan rehabilitasi hutan yang mampu berperan aktif dalam maningkatkan produktifitas dan manfaat sumberdaya hutan untuk kesejahteraan masyarakat.

c. Bagian Teknologi Sumberdaya Hutan menyajikan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mampu mengelola dan mengolah hasil hutan kayu dan non-kayu dengan efisien untuk kesejahteraan manusia secara luas.

d.Bagian Konservasi Sumberdaya Hutan menyajikan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi bidang konservasi ekosistem hutan. Perhatian difokuskan pada penyelamatan, perlindungan, pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya hutan secara bijaksana untuk kelestarian sumberdaya hutan sebagai penyangga kehidupan secara berkelanjutan.

4.      Laboratorium

      Fakultas kehutanan memiliki 20 Laboratorium sebagai sarana penunjang keberhasilan program pendidikan dan mutu lulusan. Sesuai dengan surat yang telah disetujui nama-nama laboratorium yang ada di lingkungan Fakultas Kehutanan UGM sebagai berikut:

a.       Bagian Manajemen Hutan
                    i.   Laboratorium Perencanaan dan Pembangunan Hutan
                  ii.   Laboratorium Ekonomi dan Kebijakan Sosial Kehutanan
                iii.   Laboratorium Komputer dan Biometrika
                iv.   Laboratorium Pemanenan Hasil Hutan (PHH)
                  v.   Laboratorium Sistem Informasi Spasial dan Pemetaan Hutan.

b.      Bagian Silvikultur
                    i.   Laboratorium Silvikultur dan Agroforestry
                  ii.   Laboratorium Perlindungan dan Kesehatan Hutan.
                iii.   Laboratorium Pemuliaan Hutan
                iv.   Laboratorium Fisiologi dan Tanah Hutan

c.       Bagian Teknologi Hasil Hutan
                    i.   Laboratorium Struktur dan Sifat Kayu
                  ii.   Laboratorium Kimia dan Serat Kayu
                iii.   Laboratorium Pengeringan dan Pengawetan Kayu
                iv.   Laboratorium Penggergajian dan Papan Majemuk
                  v.   Laboratorium Hasil Hutan Non-kayu
                vi.   Laboratorium Energi Kayu

d.      Bagian Konservasi Sumberdaya Hutan
                    i.   Laboratorium Ekologi Hutan
                  ii.   Laboratorium Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
                iii.   Laboratorium Kepariwisataan Alam
                iv.   Laboratorium Pelestarian Alam
                  v.   Laboratorium Satwa Liar

5.      Laboratorium  /  Kampus  Lapangan

         Selain dilengkapi dengan laboratorium-laboratorium yang ada di dalam kelas/ruang, Fakultas Kehutanan juga dilengkapi dengan laboratorium-laboratorium  yang ada di lapangan atau lebih dikenal dengan “Kamipus Lapangan”. Dengan adanya kampus lapangan mahasiswa akan lebih mudah melakukan praktek dan penelitian secara langsung. Kampus lapanngan yang dikelola oleh Fakultas Kehutanan UGM adalah:

a.       Kampus Lapangan Widyagama, yang terletak di Kabupaten Blora-Jawa Tengah dengan wilayah hutan di KPH Ngawi, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur, sebagai tempat praktek pengelolaan hutan jati di Jawa.

b.      Kampus lapangan Wanagama I, yang terletak di kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta sebagai tempat praktek pengelolaan dan rehabilitasi lahan kritis.

c.       Kampus Lapangan Wanagama II/Silvagama yang berada di kabupaten Muara Tebo, Jambi, sebagai tempat praktek pengelolaan hutan hujan tropis di luar Jawa.

d.      Kampus Wanagama III di Kebumen Jawa Tengah.

e.       Laboratorium Silvikultur Intensif fakultas Kehutanan UGM, di klebengan sebagai tempat praktikum dan penelitian berbagai bidang ilmu antara lain: Ilmu Tanah Hutan, Fitogeografi, Silvikultur, Fisiologi Hutan, Mikrobiologi Hutan, Teknologi Benih dan Propagasi Makro Mikro.

f.       Laboratorium Pengelolaan Kayu Terpadu di Klebengan sebagai tempat praktikum, penelitian dan training di bidang Teknologi  Hasil Hutan
  
6.      Perpustakaan

        Perpustakaan yang menempati gedung Unit 1 lantai III Fakultas Kehutanan UGM terdiri atas ruang buku, ruang baca dan ruang administrasi. Buku-buku yang tersedia sebagain boleh dipinjam, tetapi ada buku-buku yang hanya dapat dibaca di dalam perpustakaan misalnya referensi, tesis, disertasi, skripsi, prosiding seminar, buku cadangan, dan majalah ilmiah di dalam dan luar negeri.
         
         Sistem yang dipakai dalam pengelolaan perpustakaan adalah system terbuka. Mahasiswa dapat memilih dan mengambil buku sendiri di rak buku yang tersedia untuk dibaca di ruang baca. Mahasiswa dapat menitipkan sementara barang-barang tersebut pada bagian sirkulasi buku. Di dalam buku tersedia juga Software ISIS ver.2.3 dan CD-ROM catalog pustaka luar negeri, sehingga mahasiswa dapat menelusuri paper/makalah dan jurnal luar negeri terutama Journal of Forestry. Mahasiswa juga dapat meminjam buku pada Perpustakaan Pusat Universitas, Perpustakaan Pascasarjana dan perpustakaan fakultas-fakultas di lingkungan Universitas Gadjah Mada.

7.      Teknologi  Informasi   dan  Komunikasi  Vidio  Conference
  
      Fasilitas Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) ini tersedia di Fakultas Kehutanan UGM sejaktahun 2004.  Seluruh ruang Laboratorium Komputer telah terhubung dengan internet. Di lingkungan Fakultas Kehutanan UGM tersedia beberapa titik hot-spot yang dapat digunakan oleh mahasiswa untuk mengakses internet melalui fasilitas nir-kabel. Selain itu, Fakultas Kehutanan juga telah dilengkapi dengan sarana prasarana untuk melakukan video conference. Beberapa tahun terakhir telah dilakukan kulaih bersama jarak jauh dengan Bagian/Fakultas Kehutanan di universitas mitra, antara lain Universitas Riau dan Universitas Lampung. Perkembangan administrasi perkantoran juga sudah mulai memanfaatkan jaringan intra/internet dengan Paperless Office (PLO). Dengan demikian secara bertahap surat mulai beralih dari yang sebelumnya berbasis kertas menjadi berbasis internet.


Sumber : Tim Penyusun. 2011. Buku Panduan Akademik Program Sarjana 2011. Yogyakarta: Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. 

"Sidang SU KM FKT yang Apa Adanya"

        Memasuki hari ke-3 ini, sebuah pangung demokrasi KM FKT digelar. Dimulai pukul 08.00 s.d. 20.30 WIB, Sabtu 21 Januari 2012, bertempat di ruang IV Fakultas Kehutanan UGM diadakanlah sebuah hajatan besar bagi Mahasiswa Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, yakni “Sidang Umum Keluarga Mahasiswa Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada” atau biasa disebut SU KM FKT UGM.


       Sangat terkesan aneh jika ini adalah sidang. Sabanyak 1000an lebih mahasiswa Kehutanan UGM hanya diwakilkan oleh sekitar kurang dari 30 mahasiswa, termasuk panitia didalamnya. Padahal mereka mewakili 10 lembaga fakultas FKT UGM , yakni DPM, LEM, 4 HMM (Himaba, Forestation, KMMH, dan Forestech) dan 4 BSO (KMIK, FSC, KSK, dan Silvagama). Bahkan sangat disayangkan pula sampai-sampai sidang harus ditunda karena ada 2 perwakilan lembaga yang belum hadir.


       Ini adalah sidang pertanggungjawaban kepada warga KM FKT, kawan. Ya, walaupun yang hadir hanyalah segelintir mahasiswa saja,  yang mungkin di dalamnya masih tersimpan sisa-sisa rasa idealisme. Namun tetap, setidaknya semua harus hadir sebagai rasa pertanggungjawaban mereka selama mengemban amanah di lembaga-lembaga KM FKT UGM. Tak sampai di situ saja, sejatinya prosesi tadi belum pantas juga untuk disebut LPT (laporan pelaksanaan tugas.red) melainkan selayaknya disebut persentasi hasil kerja. Kenapa? Karena memang begitulah penggambaran yang pantas. Peserta sidang yang kurang menghargai  pembacaan LPT, kurangnya antusias ‘pemateri’ LPT,  tidak ada tanggapan berarti dari KM FKT,,, yah.. malah ini lebih cocok disebut diskusi lokakarya tampaknya.


     Sidang berjalan lancar, bahkan sangat lancer tanpa hambatan tanpaknya, karena seakan-akan KM FKTnya sendiri pun ‘nrimo’ apa adanya, tanpa kritik, saran, ataupun bantahan berarti demi KM FKT yang lebih baik lagi. Juga sangat disayangkan juga karena kadangkala penanggungjawab lembaga langsung keluar sidang setelah mereka selesai menyampaikan LPTnya. Lagi-lagi sungguh sangat disayangkan.


      Memasuki pelantinkan ketua LEM dan pimpinan DPM malah lebih menyecawakan lagi, karena lagi-lagi peserta sidang sangat amat kurang dari yang diharapkan. Hanya tersisa segelintir mahasiswa yang mungkin merekalah generasi harapan kita kelak, atau mungkin karena mereka meiliki kepentingan di dalamnya. Tak hanya itu, satu dari lima anggota DPM terpilih tidak hadir dalam upacara pelantikan tersebut, ini sungguh sangat aneh menurut saya, (setelah saya tanyakan, katanya yang bersangkutan ada kepentingan keluarga) Hm… .. hanya tersisa segitukah idealisme mahasiswa ini..?


      Jangan marah dulu karena masih banyak hal yang perlu engkau ‘sambati’ sampai-sampai mungkin engkau harus ‘ngelus dodo’. Prosesi selanjutnya adalah pembahasan AD ART. ini lebih parah lagi. Karena yang hadir disana hanya sekitar 15 orang. Bayangkan, 15 orang harus mewakili sekitar 1000an mahasiswa, huebat bener mereka yang datang itu. Itupun termasuk panitia dan pimpinan sidang didalamnya. sungguh sangat disayangkan. Tak hanya itu, dari 14 jajaran penting ketua lembaga, yang terpilih sebagai, atau lebih tepatnya yang telah mengukuhkan diri sebagai anggota penuh sidang, hanya 7 gelintir mahasiswa yang masih sanggup memenuhi tanggungjawabnya. Padahal dalam pembahasannnya nanti juga akan menyangkut masa depan lembaga mereka.. lagi-lagi sungguh kekecewaan tak terbantahkan.  Sidang berjalan cukup alot ketika memasuki pasal-pasal yang krusial utamanya jika menyangkut golongan mereka, anehnya sidang itu hanya dikendalikan oleh orang-orang itu saja. Yang lain??? Maaf, sepertinya mereka lebih suka disebut sebagai pendengar setia saja.


      Tertawalah saya akhirnya ketika sidang ini kupertaruhkan untuk tidak mengikuti kajian beasiswa yang seharusnya saya ikuti, atau karena saya yang  terlanjur lupa, hehehe. Kecewa? Jelas sangat kecewa rasanya. Sidang besar, hajat besar KM FKT, tempat dimana segala kebijakan KM FKT bisa diubah disana, sangat kecewa jika 1000an aspirasi mahasiswa hanya terwakilkan oleh 6 orang mahasiswa, termasuk pemimpin sidang didalamnya. rasa tertawa semakin lebar ketika sidang ini harus ditunda besok karena yang bersangkutan tidak hadir.

Siapa mereka??? Yakni adalah HMM dan BSO.
Dimana mereka??? Yang jelas masih dibumi Allah..
Kenapa mereka??? Hmmm… mana tahu aku, mungkin kuliah, uas, kerja kelompok, kerja, atau mungkin lupa, seperti saya yang lupa kalau harus ikut kajian…

        Ya, apapun itu yang jelas inilah kita, potret mahasiswa Indonesia, yang digadang-gadangkan sebagai agent of change (Agen perubahan),Iron Stock (cadangan pemimpin), Social Control … Semoga esok lebih baik lagi.


      Teruntuk engkau yang masih disana, ada apa denganmu wahai sahabatku? disaat sahabatmu harus berjibaku dengan keringat dan rasa pilu, kemanakah engkau berada?? tak cukupkah bahwa potret Indonesia kini juga merupakan hasil yang kita perbuat saat ini… Kutunggu kedatanganmu, ditempat dan waktu yang sama, salam rindu dari sahabatmu, (mahasiswa)

maaf, jika basa, cakap, dll kurang berkenan